February 10, 2014
Sebagai seorang dokter saya dididik untuk menjadi seorang perfeksionis. Semua yang dilakukan dalam kerangka kerja seorang dokter haruslah sempurna, tidak boleh salah sedikit pun. Bahkan dalam soal bahasa pun juga begitu. Ketika menyebut nama suatu organ misalnya, tidak boleh keliru satu kata pun.
Termasuk istilah granulationes arachnoidea Pacchioni.
Demikian juga di dalam laboratorium. Tidak boleh ada kesalahan sepele seperti menyentuh leher botol. Apalagi kesalahan fatal seperti lupa cuci tangan dengan bersih. Semua itu dilakukan untuk menghindarkan kontaminasi. Kesempurnaan terutama dituntut ketika menyangkut tindakan terhadap tubuh manusia, seperti menjahit, operasi ringan, dan sebagainya.
Nah, yang menarik adalah ketika selesai berurusan dengan laboratorium, saya menunaikan sholat. Selang beberapa rakaat, tiba-tiba Deg! Saya lupa. Ini sudah rakaat ke berapa ya?
Setelah peristiwa itu saya jadi merenung, kenapa kalau urusan duniawi, saya bisa demikian bersungguh-sungguh dan berkonsentrasi. Sementara, ketika berhadapan dengan Tuhan, bisa-bisanya lupa dan tidak konsentrasi?
BACA SELANJUTNYA DI https://sehatindonesia.id/2018/12/03/ibadah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar